LIBRARY
RESEARCH
KEEFEKTIFAN HOMESCHOOLING
Disusun
guna memenuhi tugas :
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Dosen pengampu : Slamet
Untung, M. Ag
Disusun
oleh :
TRI
INDAH PAMUJI
2021110198
KELAS E
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012
KATA PENGANTAR
Dengan
nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji bagi Allah Tuhan
semesta alam. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda
Rosulullah Muhammad saw, keluarga beliau, sahabat beliau, serta seluruh umat
yang taat kepada beliau.
Atas
rahmat dan ridho Allah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas
penelitian ini yang
berjudul “Keefektifan Homeschooling”.
Tugas ini disusun guna memenuhi tugas Ujian Tengah Semester (UTS) Mata Kuliah
Metodologi Penelitian.
Dengan terselesainya
tugas penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih atas segala dukungan dan
bantuan kepada semua pihak. Semoga apa yang telah diberikan mendapatkan balasan di sisi Allah. Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan penelitian ini, karena sesungguhnya kesempurnaan
itu hanya milik Allah. Oleh karena itu penulis sangat berterima kasih apabila
ada masukan dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penulisan penelitian ini. Semoga
penelitian yang
sederhana ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua. Amien...
Pekalongan, Juni 2012
Tri Indah Pamuji
DAFTAR
ISI
halaman
COVER ................................................................................................. i
KATA
PENGANTAR
......................................................................... ii
DAFTAR
ISI ......................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang .......................................................... 4
B. Rumusan
Masalah ..................................................... 7
C. Tujuan
Penelitian ....................................................... 7
D. Kegunaan
Penelitian .................................................. 7
E. Tinjauan
Pustaka ....................................................... 7
F. Metode
Penelitian ..................................................... 9
G. Sistematika
Penulisan ................................................ 11
BAB II : SEJARAH HOMESCHOOLING
A.
Pengertian
Homeschooling ....................................... 12
B. Macam –
macam Homeschooling ............................ 13
C. Manfaat
Homeschooling .......................................... 14
D. Sejarah
Homeschooling ............................................ 15
BAB III
: KEEFEKTIFAN HOMESCHOOLING
A. Cara
Belajar Homeschooling ................................... 17
B. Pendekatan
dan Metode Mengajar Homeschooling 17
C. Kurikulum
dan Bahan Ajar Homeschooling ............. 19
D. Kelebihan
dan Kekurangan Homeschooling ............. 21
BAB IV : ANALISIS KEEFEKTIFAN HOMESCHOOLING 22
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan
................................................................... 24
B. Saran .........................................................................
24
DAFTAR
PUSTAKA 25
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan dan pembelajaran merupakan
lembaga bimbingan atau tempat mencari pengetahuan. Belajar sendiri menurut Dr.
Seto Mulyadi adalah proses mengubah, menambah, dan membentuk suatu perilaku.
Perilaku yang dimaksud terkait dengan semua aspek yakni aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotorik. Pendidikan ini sering diartikan sebagai hal
terpenting untuk setiap manusia agar menjadi makhluk yang berpotensi dan
berderajat tinggi, serta untuk membentuk suatu kepribadian seseorang agar
menjadi manusia dewasa dan bermental kuat. Pendidikan mempunyai nilai
tersendiri didalam persepsi masyarakat. Orang berpendidikan dipandang jauh lebih
mempunyai derajat dan kehebatan, semakin tinggi pendidikannya maka ia akan semakin
dijunjung oleh masyarakat atau orang – orang disekitarnya. Berbeda terbalik
dengan orang yang tidak pernah menyentuh pendidikan atau pernah bersekolah
namun pendidikannya tidak tinggi, mereka akan dipandang rendah dan diremehkan
oleh masyarakat sekitar. Selain itu pendidikan juga merupakan salah satu syarat
wajib untuk mendapatkan suatu pekerjaan yang menjamin kemakmuran. Maka dengan
demikian pendidikan atau pembelajaran ini sangat dipandang penting oleh
sebagian banyak masyarakat.
Pendidikan ini dimulai dari
dini hingga tak terbatas usia. Pendidikan dilaksanakan mulai dari lingkungan
keluarga yakni pendidikan didalam keluarga kemudian dilengkapi serta diteruskan
dengan kegiatan belajar diluar keluarga seperti belajar disekolah dan mengikuti
bimbingan belajar diluar sekolah, serta ada pula yang melakukan kegiatan
belajar masih didalam area rumah tanpa bepergian ke sekolah atau yang sering
disebut dengan nama homeschooling.
Homeschooling menurut sebagian orang
adalah kegiatan model pembelajaran yang menjenuhkan dan membuat anak tidak bisa
bersosialisasi, padahal diusia anak yang masih belia tersebut merupakan usia
yang sangat bagus untuk bisa bersosialisasi dengan baik dan untuk tempat mencari
jati diri. Namun sebagian orang lagi menyetujui akan adanya homeschooling, bahkan
mereka menyambut dengan baik dan bahagia. Pendapat ini di karenakan mereka
berpikir bahwa model pembelajaran seperti itu selain aman untuk anak juga
membuat anak menjadi mandiri serta agar mereka (orangtua) bisa memantau dari
dekat. Kemudian juga banyak yang berpikir bahwa homeschooling ini lebih
efektif dari pada sekolah - sekolah umum. Dikatakan efektif dikarenakan pengajar
hanya berfokus pada satu anak tersebut (individual bukan massal), karena setiap
anak mempunyai keunikan dan kecepatan yang berbeda – beda dalam belajar.
Sehingga perlu perhatian dan penanganan yang berbeda pula.
Pendidikan tanpa ke
sekolah (Homeschooling) pada dasarnya merupakan masalah sikap dan pendekatan. Sederhananya,
pendidikan tanpa sekolah menempatkan wewenang di tangan si pembelajar.
Pendidikan tanpa sekolah berarti mempelajari apa yang kita inginkan, saat kita
menginginkannya, dengan cara yang kita inginkan, di tempat yang kita inginkan,
untuk alasan kita sendiri. Pembelajaran diarahkan kepada si pembelajar, pembimbing
atau pengajar dicari sesuai keinginan si pembelajar.
Bagi orang yang
belajar tanpa ke sekolah (Homeschooling), mereka tidak melakukan
pendekatan belajar sebagai sesuatu yang dilakukan orang sebagai kegiatan
terpisah. Mereka menjalani hidup dan belajar bersamaan.
Secara
prinsipil, homeschooling atau sekolah rumah adalah konsep pendidikan
pilihan yang diselenggarakan oleh orang tua. Proses belajar – mengajar
diupayakan berlangsung dalam suasana kondusif dengan tujuan agar setiap potensi
anak yang unik dapat berkembang secara maksimal.
Homeschooling sangat menarik
karena menawarkan gaya belajar yang berbeda, tidak klasik. Tidak begitu juga
tidak terbatas pada ruang dan waktu atau aturan – aturan yang mengikat
lingkungan. Homeschooling juga dianggap lebih mudah dimonitor. Para
orang tua bisa lebih tenang karena tahu benar dengan siapa anak – anak bergaul,
bahkan antar orangtua pun terjadi komunikasi yang baik.[1]
Mengenai praktek
homeschooling tidak ada masalah di Indonesia. Karena undang – undang
mengenai sistem pendidikan nasional menjamin praktek homeschooling,
meskipun undang – undang tak secara eksplisit menyebutkan istilah homeschooling.
Tetapi selain itu pemerintah juga menunjukkan komitmennya untuk menunjukkan
eksistensi homeschooling dengan melalui pengakuan komunitas homeschooling
sebagai salah satu jenis pendidikan non formal.
Adapun
macam – macam model pembelajaran yang meliputi tempat pembelajaran di lembaga
pendidikan/sekolah dan homeschooling memiliki perbedaan. Perbedaan – perbedaan
tersebut di antaranya meliputi perbedaan jadwal pembelajaran, cara pengajaran, kurikulum
pembelajaran, biaya pembelajaran, serta tentu saja keefektifannya. Namun semua
ini kembali kepada selera masyarakat, banyak perbedaan pandangan tentang tempat
pembelajaran yang terbaik untuk anak – anak mereka. Karena pendidikan akan
diterima baik oleh seseorang bila dia menikmati dan menyenangi pembelajaran
yang dia terima.
Melihat kenyataan dan atas dasar tersebut,
penulis merasa tertarik untuk mengkaji persoalan tentang homeschooling
dengan mengangkat judul “KEEFEKTIFAN HOMESCHOOLING”.
Adapun alasan – alasan penulis
yang melatar belakangi dalam pengangkatan judul serta penelitian ini adalah
antara lain :
1.
Melihat kenyataan atas banyaknya
orangtua yang lebih memilihkan homeschooling (sekolah rumah) sebagai
pendidikan untuk anaknya dari pada sekolah – sekolah pada umumnya.
2.
Ingin mengetahui lebih lanjut
tentang apa itu homeschooling dan bagaimana kegiatan belajar -
mengajarnya.
3.
Ingin mengetahui sejauh mana keefektifan
homeschooling sebagai tempat kegiatan belajar dan mencari ilmu.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar
belakang di atas serta alasan –
alasan yang melatar belakanginya, penulis mencoba mengidentifikasi ke
dalam bentuk rumusan masalah yang menjadi arahan bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian studi kepustakaan ini
agar tersusun rapi. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Bagaimana sejarah homescholing?
2.
Bagaimana keefektifan homeschooling?
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui atau mencari jawaban dari rumusan masalah. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah
1. Untuk
mengetahui secara luas tentang apa itu homeschooling.
2. Untuk
mengetahui seberapa jauh keefektifan homeschooling.
D.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari adanya
penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1. Untuk
menambah wawasan serta pengetahuan lebih bagi penulis dan pembaca tentang
tempat pembelajaran yang bernama homeschooling.
2. Untuk
memberikan informasi dan konstrribusi keilmuan bagi orang tua dibidang ilmu
pendidikan bahwa belajar dapat dilakukan dimana saja, termasuk di rumah.
E.
Tinjauan Pustaka
1. Analisis
Teoritis
Dalam buku Homeschooling a Leap for Better Learning karya
sumardiono, mengemukakan salah satu pengertian umum homeschooling adalah
model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri
atas pendidikan anak – anaknya dan mendidik anaknya dengan menggunakan rumah
sebagai basis pendidikannya.[2] Jadi homeschooling meletakkan
peranan pentingnya pada keluarga peserta didiknya, dimana semua sarana
prasarana merupakan tanggung jawab dari keluarga dan keluarga juga bertanggung
jawab secara aktif atas proses pendidikan anaknya.
Kak Seto dalam bukunya yang berjudul Homeschooling Keluarga Kak Seto, yang mengemukakan
bahwa ada tiga jenis kegiatan homeschooling, yakni ; tunggal, majemuk,
komunitas. Homeschooling tunggal adalah homeschooling yang
dilaksanakan oleh orangtua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya. Homeschooling
majemuk adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh dua atau lebih
keluarga untuk kegiatan tertentu sementara pokok tetap dilaksanakan oleh orang
tua masing – masing. Dan Komunitas homeschooling adalah gabungan
beberapa homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus,
bahan ajar, kegiatan pokok (olahraga, musik/seni, dan bahasa), sarana dan
prasarana, dan jadwal pembelajaran.[3] Jadi homeschooling ini
tidak identik dengan pembelajaran yang membosankan serta tidak bisa untuk
bersosialisasi dengan anak sebaya. Karena homeschooling terbagi menjadi
bermacam – macam dan bisa diselenggarakan seperti halnya dalam sekolah –
sekolah pada umumnya.
Sedangkan dalam pelaksanaannya sebagai dikemukakan oleh
Sumardiono, dalam bukunya yang berjudul Homeschooling a Leap for Better Learning
mengemukakan bahwa pelaksanaan pembelajarannya menggunakan berbagai macam
pndekatan yaitu sebagai berikut :
a. School
at home approach (pendekatan sekolah rumah)
b. Unit
studies approach (pendekatan tematik)
c. The living books approach (pendekatan
pembiasaan hidup)
d. The classical approach (pendekatan
ekspresi verbal dan tertulis)
e. The montessori approach (pendekatan
penyiapan lingkungan)
f.
Unschooling approach (pendekatan dari minat anak)
Secara status, sebagaimana dikemukakan oleh arief Rachman
dalam bukunya Homeschooling Rumah Kelasku Dunia Sekolahku mengemukakan
bahwa anak mendapatkan penanganan secara individu dan kemudian dapat memilih
ikut ujian nasional.[5] Oleh karena itu kegiatan homeschooling
perlu dilaporkan ke Dinas Pendidikan setempat agar peserta homeschooling
bisa mengikuti ujian nasional dan mendapatkan ijazah resmi dari pemerintah.
2. Kerangka
Berpikir
Berdasarkan teori – teori atau cuplikan – cuplikan dari
beberapa buku yang telah di paparkan diatas, bahwa homeschooling adalah
model pendidikan alternatif selain sekolah. Homeschooling merupakan
sekolah rumah yang dalam artian semua tanggung jawab berada penuh pada orangtua
dan keluarga.
Homeschooling juga dikatakan model pembelajaran yang paling efektif,
karena fokus pendidik atau guru hanya tertuju pada satu individu atau hanya
beberapa individu saja. Jadi bisa dikatakan pendidik bisa lebih memperhatikan
peserta didiknya dan peserta didik bisa benar – benar memahami akan ilmu yang
telah disampaikan. Selain itu dikatakan efektif juga karna model
pembelajarannya yang beragam dan kurikulum yang tidak kalah dengan sekolah –
sekolah formal lainnya.
F.
Metode Penelitian
1. Pendekatan
dan Jenis Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif karena data yang dihasilkan berupa data deskriptif dalam bentuk
pernyataan – pernyataan atau kata – kata tertulis yang berasal dari sumber data
yang diamati atau diteliti agar lebih mudah dalam memahami.[6]
Sedangkan jenis penelitiannya penulis menggunakan
jenis penelitian studi pustaka (library
research) yaitu penelitian yang berdasarkan pada kajian tulisan-tulisan
atau pustaka yang sesuai dan relevan dengan penelitian tersebut. Penelitian ini
dilakukan lewat beragam informasi kepustakaan (buku, ensiklopedi, jurnal
ilmiah, koran, majalah dan dokumen).[7] Studi
pustaka digunakan dalam penelitian ini karena efektif dan efisien untuk menganalisis
tentang keefektifan homeschooling.
2. Sumber Data
a.
Sumber data primer, merupakan sumber data pokok yang
akan ditelaah yaitu mengenai keefektifan homeschooling. Dalam penelitian ini sumber data primernya
adalah buku yang berjudul “Homeschooling a Leap for Better Learning; Lompatan Cara Belajar” karya
Sumardiono.
b.
Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang
mengandung pembahasan masalah, yaitu buku – buku dan sumber lain yang memiliki
keterkaitan secara konseptual dan subtansial dengan judul. Sumber – sumber data
sekunder tersebut yakni :
1.
Kembara, D. Maulida. 2007. Homeschooling.
Bandung : Progressio
2.
Seto. 2007. Homeschooling Keluarga Kak
Seto. Bandung
: Kaifa.
3.
Malik, Halim. 2012. Pengembangan Kurikulum Homeschooling.
Dalam http://
4.
Rachman, Arief. 2007. Homeschooling; Rumah
Kelasku Dunia sekolahku. Jakarta : Kompas.
5.
3. Metode Pengumpulan
Data
Metode penelitian kepustakaan yang digunakan dalam pengumpulan
data – data yang diperlukan adalah metode studi pustaka yaitu dengan cara membaca, memahami, dan
menelaah sumber data.[8] Sumber data tersebut berupa
materi – materi yang ada pada buku – buku serta bacaan – bacaan melalui internet.
4. Metode
Analisis Data
Dalam menganalisis data yang dijadikan sumber
penelitian, digunakan metode analisis data yaitu Metode Induktif, cara berpikir
yang dilandaskan pada fakta- fakta khusus kemudian dari fakta- fakta khusus itu
ditarik pemecahan yang bersifat umum.
G.
Sistematika
Penulisan
Sistematika
penulisan pada penelitian ini adalah
BAB I
Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II
Pembahasan mengenai sejarah homeschooling dengan subbab meliputi pengertian,
macam – macam, manfaat, serta sejarah homeschooling.
BAB III Pembahasan
mengenai keefektifan homeschooling dengan subbab meliputi cara belajar,
pendekatan dan metode, kurikulum da bahan ajar, serta kelebihan dan kekurangan
homeschooling.
BAB IV
mengenai analisis keefektifan homeschooling, yakni berisi analisis – analisis
penulis kaitannya dengan judul yakni tentang keefektifan homeschooling.
BAB V
Penutup, yaitu simpulan dan saran. Berisi simpulan dari isi penelitian ini
serta saran – sara bagi pembaca.
BAB II
SEJARAH HOMESCHOOLING
A. Pengertian
Homeschooling
Secara
harfiah, homeschooling
adalah sekolah yang diadakan di rumah, namun secara hakiki ia adalah sebuah
sekolah alternarif yang menempatkan anak sebagai subjek dengan pendekatan
pendidikan secara at home.[9] Dengan pendekatan ini, anak merasa nyaman. Mereka bisa
belajar sesuai dengan keinginan dan gaya belajar masing-masing, kapan saja dan
di mana saja, sebagaimana ia tengah berada di rumahnya sendiri. Menurut
Yulaelawati, homeschooling atau dalam bahasa Indonesianya sekolah
rumah adalah proses layanan pendidikan secara sadar, teratur, dan terarah yang
dilakukan oleh orang tua atau keluarga. Dalam konteks itu, proses belajar
mengajar berlangsung dalam suasana yang kondusif. Tujuannya adalah agar setiap
potensi yang dimiliki peserta didik berkembang secara maksimal.[10]
Salah satu pengertian umum homeschooling
adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab
sendiri atas pendidikan anak – anaknya dan mendidik anaknya dengan menggunakan
rumah sebagai basis pendidikannya.[11]
Jadi secara detailnya homeschooling
ini adalah sekolah alternatif yang diadakan di rumah atau di mana saja yang
bisa dijadikan sebagai tempat pembelajaran selain sekolah, dan keluarga
bertanggung jawab secara aktif atas proses pendidikan anaknya. Maksud dari
bertanggung jawab secara aktif adalah keterlibatan penuh dari orangtua atas
proses penyelenggaraan pendidikan; mulai dari penentuan arah dan tujuan
pendidikan, nilai – nilai yang akan dicapai dan yang ingin dikembangan, sampai
pada model atau metode dan kurikulum pembelajaran yang akan di pakai untuk
mencapai suatu keberhasilan dan keefektifan belajar.
B. Macam –
macam Homeschooling
Kak Seto dalam bukunya yang
berjudul “Homeschooling Keluarga Kak Seto”, menyatakan bahwa ada tiga jenis kegiatan homeschooling,
yakni ; tunggal, majemuk, komunitas.
1.
Homeschooling tunggal
Homeschooling tunggal adalah homeschooling
yang dilaksanakan oleh orangtua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan
lainnya. Biasanya homeschooling jenis ini diterapkan karena adanya
tujuan atau alasan khusus yang tidak dapat diketahui atau dikompromikan dengan
komunitas homeschooling lainnya. Alasan lain adalah karena lokasi atau
tempat tinggal si pelaku homeschooling yang tidak memungkinkan
berhubungan dengan komunitas homeschooling lain.
2.
Homeschooling majemuk
Homeschooling majemuk adalah homeschooling
yang dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu
sementara pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua masing – masing. Alasannya
terdapat kebutuhan – kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh beberapa keluarga
untuk melakukan kegiatan bersama.
3.
Komunitas homeschooling
Komunitas homeschooling
adalah gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menyusun dan
menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olahraga, musik/seni, dan
bahasa), sarana dan prasarana, dan jadwal pembelajaran. Alasannya adalah:
1.
Terstruktur dan lebih lengkap untuk pendidikan
akademik, pembangunan akhlak mulia, dan pencapaian hasil belajar.,
2.
Tersedia fasilitas pembelajaran yang baik,
3.
Ruang gerak sosialisasi peserta didik lebih luas,
4.
Dukungan lebih besar karena masing – masing
bertanggung jawab untuk saling mengajar sesuai keahlian masing – masing,
5.
Sesuai untuk anak usia diatas sepuluh tahun,
6.
Menggabungkan keluarga yang tinggal berjauhan melalui
internet dan alat informasi – komusikasi lainnya untuk tolak banding dan
termasuk untuk standarisasi.[12]
Acuan mengenai eksistensi
komunitas homeschooling terdapat dalam UU 20/2003 pasal 26 ayat 4 ;
“Satuan Pendidikan nonformal terdiri atas lembaga pelatihan, kelompok belajar,
pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan
yang sejenis.” Sebagai satuan pendidikan nonformal, komunitas sekolah rumah
dapat berfungsi menjalankan pendidikan nonformal, termasuk menyelenggarakan
ujian kesetaraan. Hal itu sejalan dengan UU 20/2003 pasal 26 ayat 6.[13]
Jadi homeschooling ini
tidak identik dengan pembelajaran yang membosankan serta tidak bisa untuk
bersosialisasi dengan anak sebaya. Karena homeschooling terbagi menjadi
bermacam – macam kategori dan bisa diselenggarakan seperti halnya dalam sekolah
– sekolah pada umumnya.
C. Manfaat
Homeschooling
1.
Homeschooling menjadikan anak sebagai subjek belajar
Homeschooling menjadikan anak sebagai subjek
belajar disini maksudnya anak didik dapat memilih materi pelajaran yang disukai
dan yang ingin dipelajarinya. Dengan
menjadikan anak sebagai subjek dalam belajar, belajar yang diselenggarakan si
anakpun dapat berlangsung secara nyaman dan menyenangkan.
2.
Homeschooling menjadikan objek yang dipelajari sangat luas dan nyata
Homeschooling akan membawa anak – anak
untuk belajar di dunia nyata, di alam yang sangat terbuka. Disamping itu objek
yang dipelajari sangat luas seluas langit dan bumi. Maksudnya sesekali mereka
dapat berkunjung keberbagai tempat yang bisa menjadi objek pelajaran, seperti
persawahan, taman burung, dll.
3.
Homeschooling sebagai ajang menanamkan cinta belajar
Maksudnya homeschooling akan
mengingatkan para orangtua bahwa kecintaan belajar dan mencari ilmu, dapat
ditumbuhkan di rumah. Bahkan untuk menanamkan rasa cinta belajar kepada si anak
haruslah dari sejak dini, dan hanya orangtualah yang bisa untuk mewujudkannya.
4.
Homeschooling memberikan kemudahan belajar karena fleksibel
Homeschooling memberikan kemudahan
belajar karena fleksibel maksudnya adalah homeschooling memberikan
keleluasaan belajar. Bahwa belajar itu bisa dilakukan dimana saja, kapan saja,
dan kepada siapa saja.
5.
Homeschooling mendukung belajar secara kontekstual
Kontekstual berasal dari
kata kerja latin, contexere, yang berarti “menjalin bersama”. Kata
“konteks” merujuk pada “keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan”
yang berhubungan dengan diri yang terjalin bersamanya. Untuk menyadari
potensinya, semua organisme termasuk manusia, diharuskan berada didalam hubungan
yang tepat dengan konteks mereka.[14]
D. Sejarah
Homeschooling
Sejak perkembangan revolusi industri, terjadi proses
sistematisasi pendidikan dan proses belajar. Perkembangan filsafat dan ilmu
pengetahuan serta usaha untuk memaksimalkan proses pembelajaran selama berabad
– abad menghasilkan sebuah evolusi sistem pendidikan yang kemudian kita kenal
sebagai sekolah. Walaupun sekolah menjadi institusi pendidikan yang terbukti
memberikan manfaat bagi kemanusiaan, proses pencarian pendidikan yang terbaik
tak pernah berhenti. Berbagai filsafat dan pemikiran terus lahir, serta
berinteraksi dengan kondisi sosial yang dialami oleh masyarakat.
Dengan berganti zaman dan berjalannya
waktu akhirnya muncul model pembelajaran baru yang dikenal dengan nama homeschooling.
Sejarah awal homeschooling yang berkembang di Amerika Serikat pada saat
ini dirunut dari perkembangan pemikiran mengenai pendidikan pada tahun 1960-an.
Sedangkan akar munculnya homeschooling di Indonesia belum bisa
dipastikan kapan waktunya, karena belum ada yang menelitinya secara khusus.
Tetapi kalau dirunut esensi dari filosofi, model dan prektik
penyelenggaraannya, homeschooling bukanlah sebuah hal yang benar – benar
baru. Dengan merunut konsep – konsep kunci homeschooling, kita mendapati
bentuk – bentuk praktik homeschooling yang pernah ada di Indonesia.
Salah
satu konsep
kunci dari homeschooling adalah pembelajaran yang tidak berlangsung
melalui institusi sekolah formal. Konsep kunci ini membawa kita pada konsep
yang lebih umum yaitu konsep belajar otodidak atau belajar mandiri. Dengan
mengambil konsep ini kita mendapati tokoh – tokoh didalam sejarah Indonesia
yang menempuh pembelajaran secara mandiri. Salah satunya yakni KH. Agus Salim.
Dalam
level komunitas, akar homeschooling ini dapat juga ditelusuri dari
pendidikan berbasis agama seperti pesantren atau komunitas adat yang melakukan
pembelajaran secara mandiri tanpa ketergantungan pada model pendidikan formal
yang ada.[15]
BAB III
KEFEKTIFAN HOMSCHOOLING
A. Cara Belajar
Homeschooling
Dijelaskan didalam buku yang
merupakan
terbitan dari kompas yang berjudul “Homeschooling Rumahku, Dunia
Sekolahku”, bahwa cara belajar siswa homeschooling adalah belajar
dirumah dan tidak hanya berkutat dengan buku – buku. Misalnya mereka diajak
belajar di alam terbuka seperti didaerah persawahan, perkebunan, sungai,
ataupun hutan. Dalam artian apa yang mereka baca dan pelajari dicoba untuk
disinggungkan dan didiskusikan dengan keadaan sekitar.[16]
Melalui cara belajar seperti
ini lambat laun
mereka akan mempunyai kesadaran bahwa pengetahuan yang diperoleh akan betul –
betul diketahui manfaat dan fungsinya dalam kehidupan mereka. Tidak sebatas
pengetahuan kognitif saja, akan tetapi mereka akan mempunyai kepekaan terhadap
persoalan – persoalan disekeliling mereka.
Selain itu bila cara belajar
yang seperti ini dijalankan maka tidak akan adanya lagi rasa kebosanan dan
kejenuhan pada siswa. Materi akan cepat di tangkap dan diserap karena melihat
objeknya secara langsung, selain itu juga anak akan bersosialisasi dengan yang
lain dan mengenal serta lebih dekat dengan alam.
B. Pendekatan
dan Metode Mengajar Homeschooling
Metode adalah jalan atau
cara yang ditempuh oleh seorang guru dalam menyampaikan ilmu pengetahuan pada
anak didiknya sehingga dapat mencapai tujuan. Pada dasarnya homeschooling
bersifat unique. Karena setiap keluarga mempunyai nilai dan latar belakang
berbeda, setiap keluarga akan melahirkan pilihan – pilihan model homeschooling
yang beragam. Pemilihan metode pun tidak terbatas hanya pada satu metode saja,
kita bisa mengombinasikannya.
Pendekatan (approach)
homeschooling memiliki rentang yang lebar antara yang sangat tidak
terstruktur (unschooling) hingga yang sangat terstruktur, seperti
belajar di sekolah (school at home).[17]
Pendekatan dan metode – metode tersebut lebih lengkapnya adalah
1.
School at home approach
Adalah model pendidikan yang
serupa dengan yang diselenggarakan di sekolah. Hanya saja tempatnya tidak di
sekolah, tetapi di rumah. Metode ini juga sering disebut textbook approach,
traditional approach, atau school approach.
2.
Unit studies approach
Adalah model pendidikan yang
berbasis pada tema. Metode ini berkembang atas dasar pemikiran bahwa proses
belajar seharusnya terintegrasi (intigrated), bukan terpecah – pecah (segmented).
Unit study bisa disesuaikan dengan berbagai gaya belajar anak, biasanya metode
ini dipilih oleh orangtua yang memiliki beberapa anak homeschooling
dengan tingkatan yang berbeda. Sebab dengan satu tema saja, proses belajar bisa
berlangsung untuk semua anak.[18]
3.
The living books approach
Adalah model pendidikan
melalui pengalaman dunia nyata. Metode ini dikembangkan oleh Charlotte Mason.
Pendekatannya dengan mengajarkan kebiasaan baik, keterampilan dasar, serta
mengekspos anak dengan pengalaman nyata, seperti berjalan – jalan, mengunjungi
museum, dll.
4.
The classical approach
Adalah model pendidikan yang
dikembangkan sejak abad pertengahan. Pendekatan ini menggunakan kurikulum yang
distrukturkan berdasarkan tiga tahap perkembangan anak yang disebut Trivum.
Penekanan metode ini adalah kemampuan ekspresi verbal dan tertulis.
Pendekatannya berbasis teks/literatur.
5.
The waldorf approach
Adalah model pendidikan yang
dikembangkan oleh Rudolph Steiner. Steiner berusaha menciptakan setting sekolah
yang mirip keadaan rumah, metodenya mudah diadaptasikan untuk homeschooling.
6.
The montessori approach
Adalah model pendidikan yang
dikembangkan oleh Dr. Maria Montessori. Pendekatan ini mendorong penyiapan
lingkungan pendukung yang nyata dan alami, mengamati proses interaksi anak –
anak dilingkungan, serta terus menumbuhkan lingkungan sehingga anak dapat
mengembangkan potensinya.
7.
Unschooling approach
Unschooling approach berangkat dari keyakinan
bahwa anak – anak memiliki keinginan natural untuk belajar. Unschooling tidak
berangkat dari textbook, tetapi dari minak anak yang difasilitasi.
8.
The electric approach
Metode dan pendekatan ini
memberikan kesempatan pada keluarga untuk mendesain sendiri program homeschooling
yang sesuai, dengan memilih atau menggabungkan dari sistem yang ada.[19]
C. Kurikulum
dan Bahan Ajar Homeschooling
Selain pendekatan dan metode
yang digunakan dalam belajar, setiap keluarga homeschooling memiliki
pilihan untuk menentukan kurikulum yang diacu dan bahan ajar yang digunakan.
Kurikulum secara garis besar dapat diartikan sebagai suatu program yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Akan
tetapi, ada juga yang berpendapat bahwa kurikulum tidak hanya mencakup hal-hal
yang direncanakan, tetapi juga mencakup hal-hal yang tidak direncanakan, yaitu
apa yang disebut dengan The Hidden Curriculum atau kurikulum tersembunyi.[20] sedangkan bahan ajar adalah
materi praktis yang digunakan untuk pengajaran sehari – hari.
Untuk memilih kurikulum dan
bahan ajar, keluarga homeschooling dapat memilih menggunakan bahan paket
(bundle) atau bahan – bahan terpisah (unbundle).
Pada bahan terpaket (bandle),
keluarga homeschooling menggunakan kurikulum dan bahan – bahan
pelajaran yang sudah disediakan oleh lembaga yang menyediakan layanan tersebut.
Bahan yang diberikan mulai kurikulum, teori, kegiatan, lembar kerja, tes, dll.
Pilihan kedua yang dapat
dilakukan oleh keluarga adalah membeli secara terpisah, baik kurikulum maupun
bahan ajar. Dengan resiko kompleksitas, keluarga homeschooling dapat
memilih materi – materi yang benar – benar dibutuhkannya dan membelinya secara
terpisah.
Selain kedua pilihan
tersebut, keluarga homeschooling dapat mengembangkan kreativitasnya
untuk menentukan kurikulum dan materi – materi yang digunakannya. Keluarga homeschooling
dapat menggabungkan antara membeli bahan pengajaran dan penggunaan materi yang
ada di rumah, atau membuat sendiri materi pengajaran yang dibutuhkannya.[21]
Jadi homeschooling
ini memudahkan untuk keluarga terutama anak yang mengikuti homeschooling
ini untuk menggunakan kurikulum serta bahan ajar yang di inginkan dan disukai.
Selain itu juga yang sesuai dengan si anaknya. Dengan banyaknya pilihan seperti
ini maka akan semakin memempermudah dalam proses belajarnya. Orangtua pun tidak
dibawa pusing dengan keribetan – keribetan yang ada.
D. Kelebihan
dan Kekurangan Homeschooling
Diantara
kelebihan – kelebihan homeschooling antara lain:
1.
Customized, sesuai kebutuhan anak dan kondisi keluarga.
2.
Lebih memberikan peluang untuk kemandirian dan
kreativitas individual.
3.
Memaksimalkan potensi anak.
4.
Lebih siap untuk terjun di dunia nyata.
5.
Kesesuaian pertumbuhan nilai – nilai anak dengan
keluarga.
6.
Kemampuan bergaul dengan orangtua dan yang berbeda
umur.
7.
Biaya pendidikan dapat disesuaikan dengan kondisi
keuangan keluarga.
Sementara itu, kekurangan –
kekurangan homeschooling antara lain:
1.
Butuh komitmen dan keterlibatan tinggi dari orangtua.
2.
Memiliki kompleksitas yang lebih tinggi karena
orangtua bertanggungjawab atas semua proses pendidikan anak.
3.
Sosialisasi seumur relatif rendah.
4.
Ada resiko kurangnya kemampuan bekerja dalam tim,
organisasi, dan kepemimpinan.
5.
Perlindungan orangtua dapat memberikan efek samping
ketidakmampuan menyelesaikan situasi sosial dan masalah yang kompleks yang
tidak terprediksi.
BAB
IV
ANALISIS
KEEFEKTIFAN HOMESCHOOLING
Homeschooling adalah sekolah alternatif atau model pembelajaran yang
diadakan dirumah. Tetapi homeschooling juga bisa diadakan dimana saja dengan para
komunitas homeschooling yang lainnya. Intinya homeschooling ini
bersifat fleksibel dan bisa disesuaikan dengan minat dan kesukaan anak. Namun
dengan memakai model pembelajaran homeschooling seperti ini keluarga
terutama dalam hal ini adalah orangtua sangat bertanggung jawab, selain itu
orangtua juga harus ikut secara aktif dalam proses pembelajarannya. Seperti
yang telah dipaparkan dan dijelaskan sebelumnya di Bab kedua.
Homeschooling ini tidak seutuhnya seperti yang telah dipikirkan oleh orang
– orang yang diluar sana yang tidak mengetahui tentang detailnya sistem homeschooling.
Banyak yang berpendapat bahwa homeschooling ini adalah model
pembelajaran yang membosankan dan tidak bisanya sistem bersosialisasi dengan
seumuran, karena hanya belajar dengan seorang diri saja dengan tidak adanya
teman. Namun ternyata homeschooling ini mempunyai bermacam – macam dan
disesuaikan dengan keinginan kita pula. Seperti halnya didalam komunitas homeschooling
kita bisa belajar layaknya seperti kondisi disekolah – sekolah pada umumnya
(sekolah formal). Dan dari situ pula bisa terjadi suatu sosialisasi dengan
orang sebaya.
Metode,
kurikulum serta bahan pengajarannya pun berbeda namun serupa dengan sekolah –
sekolah pada umumnya. Perbedaannya adalah pada homeschooling orangtua
dan anak bisa menentukan sesuai keinginan dan kemampuannya. Bahkan orangtua
bisa membumbuinya dengan kreatifitasnya.
Menurut
penulis keefektifan homeschooling ini ditentukan oleh cara belajar,
metode mengajar, kurikulum, serta bahan ajarnya. Dan menurut penulis homeschooling
ini cukup efektif dibandingkan dengan sekolah – sekolah pada umumnya
(sekolah formal), karena dalam pembelajarannya sistemnya adalah individual
bukan masal. Jadi anak mendapatkan perhatian yang penuh, selain itu anak juga
bisa menjadi lebih madiri dibandingkan anak – anak yang sekolah ditempat yang
formal. Kemudian cara belajarnyapun bisa bervariasi. Dan untuk metode,
kurikulum, serta bahan ajarnya bisa kita tentukan sesuai dengan kesukaan,
minat, dan pribadinya si anak. Jadi dengan begitu si anak akan lebih enjoy dan
akan cepat memahami serta menyerap materi yang telah di berikan.
Numun
perlu di ingat. Yang mengikuti pembelajaran homeschooling ini perlu
mendaftarkan diri ke Dinas Pendidikan setempat agar bisa mengikuti ujian
nasional dan mendapatkan ijazah resmi dari pemerintah.
Jadi
homeschooling ini mempunyai banyak kelebihan - kelebihan. Tetapi punya
banyak kekurangan juga. Seperti yang telah dipaparkan pada Bab ketiga. Pada
dasarnya homeschooling ini efektif tetapi kembali kepada diri kita
sendiri. Pembelajaran seperti ini telah lama dan banyak digunakan di Amerika
Serikat karena dianggap efektik sekali. Bahkan di Amerika Serikat banyak
melahirkan tokoh – tokoh yang berhasil dan terkenal yang pendidikannya berasal
dari pendidikan mandiri atau homeschooling, seperti BenyaminFranklin,
Pearl S. Buck, Thomas Alfa Edison, serta Hanson.
BAB
V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari uraian dan pembahasan diatas mengenai
keefektifan homeschooling, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
suatu keefektifan dalam pembelajaran itu ditentukan dan berdasarkan atas cara
belajar, metode pengajaran serta kurikulum pembelajarannya. Bila metode
pengajarannya tersebut merupakan metode yang tepat serta ringan bagi pendidik
dan anak didiknya maka anak didik tersebut bisa dengan mudah memahami dan
menyerap materi pelajaran yang ada.
Dengan demikian suatu pembelajaran dalam homeschooling
dapat dikatakan efektif karena di pembelajaran tersebut semua modelnya ditentukan
oleh orangtua dan si anak yang mengikuti homeschooling. Selain itu
didalam homeschooling si anak juga mendapatkan perhatian yang penuh dan
lebih sehingga si anak bisa bisa dengan cepat dan bebas mengembangkan potensi
dalam dirinya.
B. Saran
Setelah penulis menyimpulkan dari hasil
penelitian, selanjutnya penulis memberi saran kepada para pembaca yang mungkin
dapat berguna bagi para pembaca, khususnya bagi yang akan mengikuti homeschooling,
sarannya adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya
orangtua mengetahui keinginan si anak. Apakah si anak menginginkan sekolah di
sekolah formal atau di homeschooling.
2. Selain
itu orangtua mencari informasi sebanyak – banyaknya terlebih dahulu tentang
pembelajaran homeschooling yang ada di sekitaran tempat tinggal.
3. Orangtua
haruslah mempersiapkan waktu yang senggang dan pengetahuan yang luas karena
orangtua harus siap bertanggung jawab penuh serta berperan secara aktif pula
dalam proses pembelajarannya si anak.
4. Hendaknya
si anak di gabungkan dengan komunitas homeschooling. Karena disana anak
bisa lebih bersosialisasi dengan anak sebaya layaknya bersekolah di sekolah
formal.
[2] Sumardiono, Homeschooling
a Leap for Better Learning; Lompatan cara belajar, (Jakarta : Elex Media
Komputindo, 2007), hal. 4.
[8] M.
Arizar, Metode Penelitian, (Jakarta: Galia Indonesia, 1998), hal. 61.
[10] Halim malik, pengembangan
Kurikulum Homeschooling, dalam www. Pengembangan Kurikulum Homeschooling.htm
[11] Sumardiono, Homeschooling
a Leap for Better Learning; Lompatan cara belajar, (Jakarta : Elex Media
Komputindo, 2007), hal. 4.
[16] Arief Rachman, Homeschooling;
Rumah Kelasku Dunia sekolahku, (Jakarta : Kompas, 2007), hal. 48.