Monday, June 11, 2012

library research


LIBRARY RESEARCH
KEEFEKTIFAN HOMESCHOOLING
Disusun guna memenuhi tugas :
Mata Kuliah           : Metodologi Penelitian
Dosen pengampu   : Slamet Untung, M. Ag





Disusun oleh :
TRI INDAH PAMUJI
2021110198
KELAS E

JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012
KATA PENGANTAR

            Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Rosulullah Muhammad saw, keluarga beliau, sahabat beliau, serta seluruh umat yang taat kepada beliau.
            Atas rahmat dan ridho Allah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas penelitian ini yang berjudul “Keefektifan Homeschooling”. Tugas ini disusun guna memenuhi tugas Ujian Tengah Semester (UTS) Mata Kuliah Metodologi Penelitian.
Dengan terselesainya tugas penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih atas segala dukungan dan bantuan kepada semua pihak. Semoga apa yang telah diberikan mendapatkan balasan di sisi Allah. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan penelitian ini, karena sesungguhnya kesempurnaan itu hanya milik Allah. Oleh karena itu penulis sangat berterima kasih apabila ada masukan dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penulisan penelitian ini. Semoga penelitian yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amien...


Pekalongan,     Juni 2012


Tri Indah Pamuji


DAFTAR ISI

                                                                                                            halaman
COVER .................................................................................................       i
KATA PENGANTAR .........................................................................       ii
DAFTAR ISI .........................................................................................       iii
BAB I :           PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ..........................................................       4
B.     Rumusan Masalah .....................................................       7
C.     Tujuan Penelitian .......................................................      7
D.    Kegunaan Penelitian ..................................................      7
E.     Tinjauan Pustaka .......................................................       7
F.      Metode Penelitian .....................................................       9
G.    Sistematika Penulisan ................................................      11
BAB II :         SEJARAH HOMESCHOOLING
A.    Pengertian Homeschooling .......................................       12
B.     Macam – macam Homeschooling ............................        13
C.     Manfaat Homeschooling ..........................................        14
D.    Sejarah Homeschooling ............................................       15
BAB III :        KEEFEKTIFAN HOMESCHOOLING    
A.      Cara Belajar Homeschooling ...................................        17
B.       Pendekatan dan Metode Mengajar Homeschooling        17
C.       Kurikulum dan Bahan Ajar Homeschooling .............      19
D.      Kelebihan dan Kekurangan Homeschooling .............      21
BAB IV :        ANALISIS KEEFEKTIFAN HOMESCHOOLING        22       
BAB  V :        PENUTUP
A.    Simpulan ...................................................................       24
B.     Saran .........................................................................       24
DAFTAR PUSTAKA                                                                                  25


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan dan pembelajaran merupakan lembaga bimbingan atau tempat mencari pengetahuan. Belajar sendiri menurut Dr. Seto Mulyadi adalah proses mengubah, menambah, dan membentuk suatu perilaku. Perilaku yang dimaksud terkait dengan semua aspek yakni aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Pendidikan ini sering diartikan sebagai hal terpenting untuk setiap manusia agar menjadi makhluk yang berpotensi dan berderajat tinggi, serta untuk membentuk suatu kepribadian seseorang agar menjadi manusia dewasa dan bermental kuat. Pendidikan mempunyai nilai tersendiri didalam persepsi masyarakat. Orang berpendidikan dipandang jauh lebih mempunyai derajat dan kehebatan, semakin tinggi pendidikannya maka ia akan semakin dijunjung oleh masyarakat atau orang – orang disekitarnya. Berbeda terbalik dengan orang yang tidak pernah menyentuh pendidikan atau pernah bersekolah namun pendidikannya tidak tinggi, mereka akan dipandang rendah dan diremehkan oleh masyarakat sekitar. Selain itu pendidikan juga merupakan salah satu syarat wajib untuk mendapatkan suatu pekerjaan yang menjamin kemakmuran. Maka dengan demikian pendidikan atau pembelajaran ini sangat dipandang penting oleh sebagian banyak masyarakat.
Pendidikan ini dimulai dari dini hingga tak terbatas usia. Pendidikan dilaksanakan mulai dari lingkungan keluarga yakni pendidikan didalam keluarga kemudian dilengkapi serta diteruskan dengan kegiatan belajar diluar keluarga seperti belajar disekolah dan mengikuti bimbingan belajar diluar sekolah, serta ada pula yang melakukan kegiatan belajar masih didalam area rumah tanpa bepergian ke sekolah atau yang sering disebut dengan nama homeschooling.
Homeschooling menurut sebagian orang adalah kegiatan model pembelajaran yang menjenuhkan dan membuat anak tidak bisa bersosialisasi, padahal diusia anak yang masih belia tersebut merupakan usia yang sangat bagus untuk bisa bersosialisasi dengan baik dan untuk tempat mencari jati diri. Namun sebagian orang lagi menyetujui akan adanya homeschooling, bahkan mereka menyambut dengan baik dan bahagia. Pendapat ini di karenakan mereka berpikir bahwa model pembelajaran seperti itu selain aman untuk anak juga membuat anak menjadi mandiri serta agar mereka (orangtua) bisa memantau dari dekat. Kemudian juga banyak yang berpikir bahwa homeschooling ini lebih efektif dari pada sekolah - sekolah umum. Dikatakan efektif dikarenakan pengajar hanya berfokus pada satu anak tersebut (individual bukan massal), karena setiap anak mempunyai keunikan dan kecepatan yang berbeda – beda dalam belajar. Sehingga perlu perhatian dan penanganan yang berbeda pula.
Pendidikan tanpa ke sekolah (Homeschooling) pada dasarnya merupakan masalah sikap dan pendekatan. Sederhananya, pendidikan tanpa sekolah menempatkan wewenang di tangan si pembelajar. Pendidikan tanpa sekolah berarti mempelajari apa yang kita inginkan, saat kita menginginkannya, dengan cara yang kita inginkan, di tempat yang kita inginkan, untuk alasan kita sendiri. Pembelajaran diarahkan kepada si pembelajar, pembimbing atau pengajar dicari sesuai keinginan si pembelajar.
Bagi orang yang belajar tanpa ke sekolah (Homeschooling), mereka tidak melakukan pendekatan belajar sebagai sesuatu yang dilakukan orang sebagai kegiatan terpisah. Mereka menjalani hidup dan belajar bersamaan.
Secara prinsipil, homeschooling atau sekolah rumah adalah konsep pendidikan pilihan yang diselenggarakan oleh orang tua. Proses belajar – mengajar diupayakan berlangsung dalam suasana kondusif dengan tujuan agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal.
Homeschooling sangat menarik karena menawarkan gaya belajar yang berbeda, tidak klasik. Tidak begitu juga tidak terbatas pada ruang dan waktu atau aturan – aturan yang mengikat lingkungan. Homeschooling juga dianggap lebih mudah dimonitor. Para orang tua bisa lebih tenang karena tahu benar dengan siapa anak – anak bergaul, bahkan antar orangtua pun terjadi komunikasi yang baik.[1]
Mengenai praktek homeschooling tidak ada masalah di Indonesia. Karena undang – undang mengenai sistem pendidikan nasional menjamin praktek homeschooling, meskipun undang – undang tak secara eksplisit menyebutkan istilah homeschooling. Tetapi selain itu pemerintah juga menunjukkan komitmennya untuk menunjukkan eksistensi homeschooling dengan melalui pengakuan komunitas homeschooling sebagai salah satu jenis pendidikan non formal.
Adapun macam – macam model pembelajaran yang meliputi tempat pembelajaran di lembaga pendidikan/sekolah dan homeschooling memiliki perbedaan. Perbedaan – perbedaan tersebut di antaranya meliputi perbedaan jadwal pembelajaran, cara pengajaran, kurikulum pembelajaran, biaya pembelajaran, serta tentu saja keefektifannya. Namun semua ini kembali kepada selera masyarakat, banyak perbedaan pandangan tentang tempat pembelajaran yang terbaik untuk anak – anak mereka. Karena pendidikan akan diterima baik oleh seseorang bila dia menikmati dan menyenangi pembelajaran yang dia terima.
 Melihat kenyataan dan atas dasar tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengkaji persoalan tentang homeschooling dengan mengangkat judul “KEEFEKTIFAN HOMESCHOOLING”.
Adapun alasan – alasan penulis yang melatar belakangi dalam pengangkatan judul serta penelitian ini adalah antara lain :
1.      Melihat kenyataan atas banyaknya orangtua yang lebih memilihkan homeschooling (sekolah rumah) sebagai pendidikan untuk anaknya dari pada sekolah – sekolah pada umumnya.
2.      Ingin mengetahui lebih lanjut tentang apa itu homeschooling dan bagaimana kegiatan belajar - mengajarnya.
3.      Ingin mengetahui sejauh mana keefektifan homeschooling sebagai tempat kegiatan belajar dan mencari ilmu.
B.       Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas serta alasan – alasan yang melatar belakanginya, penulis mencoba mengidentifikasi ke dalam bentuk rumusan masalah yang menjadi arahan bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian studi kepustakaan ini agar tersusun rapi. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut.
1.      Bagaimana sejarah homescholing?
2.      Bagaimana keefektifan homeschooling?

C.       Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau mencari jawaban dari rumusan masalah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1.      Untuk mengetahui secara luas tentang apa itu homeschooling.
2.      Untuk mengetahui seberapa jauh keefektifan homeschooling.

D.      Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1.      Untuk menambah wawasan serta pengetahuan lebih bagi penulis dan pembaca tentang tempat pembelajaran yang bernama homeschooling.
2.      Untuk memberikan informasi dan konstrribusi keilmuan bagi orang tua dibidang ilmu pendidikan bahwa belajar dapat dilakukan dimana saja, termasuk di rumah.

E.       Tinjauan Pustaka
1.      Analisis Teoritis
Dalam buku Homeschooling a Leap for Better Learning karya sumardiono, mengemukakan salah satu pengertian umum homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak – anaknya dan mendidik anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya.[2] Jadi homeschooling meletakkan peranan pentingnya pada keluarga peserta didiknya, dimana semua sarana prasarana merupakan tanggung jawab dari keluarga dan keluarga juga bertanggung jawab secara aktif atas proses pendidikan anaknya.
Kak Seto dalam bukunya yang berjudul Homeschooling Keluarga Kak Seto, yang mengemukakan bahwa ada tiga jenis kegiatan homeschooling, yakni ; tunggal, majemuk, komunitas. Homeschooling tunggal adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh orangtua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya. Homeschooling majemuk adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu sementara pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua masing – masing. Dan Komunitas homeschooling adalah gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olahraga, musik/seni, dan bahasa), sarana dan prasarana, dan jadwal pembelajaran.[3] Jadi homeschooling ini tidak identik dengan pembelajaran yang membosankan serta tidak bisa untuk bersosialisasi dengan anak sebaya. Karena homeschooling terbagi menjadi bermacam – macam dan bisa diselenggarakan seperti halnya dalam sekolah – sekolah pada umumnya.
Sedangkan dalam pelaksanaannya sebagai dikemukakan oleh Sumardiono, dalam bukunya yang berjudul Homeschooling a Leap for Better Learning mengemukakan bahwa pelaksanaan pembelajarannya menggunakan berbagai macam pndekatan yaitu sebagai berikut :
a.    School at home approach (pendekatan sekolah rumah)
b.    Unit studies approach (pendekatan tematik)
c.    The living books approach (pendekatan pembiasaan hidup)
d.   The classical approach (pendekatan ekspresi verbal dan tertulis)
e.    The montessori approach (pendekatan penyiapan lingkungan)
f.     Unschooling approach (pendekatan dari minat anak)
g.    The electric approach (pendekatan mendesain pembelajaran sendiri)[4]
Secara status, sebagaimana dikemukakan oleh arief Rachman dalam bukunya Homeschooling Rumah Kelasku Dunia Sekolahku mengemukakan bahwa anak mendapatkan penanganan secara individu dan kemudian dapat memilih ikut ujian nasional.[5] Oleh karena itu kegiatan homeschooling perlu dilaporkan ke Dinas Pendidikan setempat agar peserta homeschooling bisa mengikuti ujian nasional dan mendapatkan ijazah resmi dari pemerintah.
2.      Kerangka Berpikir
Berdasarkan teori – teori atau cuplikan – cuplikan dari beberapa buku yang telah di paparkan diatas, bahwa homeschooling adalah model pendidikan alternatif selain sekolah. Homeschooling merupakan sekolah rumah yang dalam artian semua tanggung jawab berada penuh pada orangtua dan keluarga.
Homeschooling juga dikatakan model pembelajaran yang paling efektif, karena fokus pendidik atau guru hanya tertuju pada satu individu atau hanya beberapa individu saja. Jadi bisa dikatakan pendidik bisa lebih memperhatikan peserta didiknya dan peserta didik bisa benar – benar memahami akan ilmu yang telah disampaikan. Selain itu dikatakan efektif juga karna model pembelajarannya yang beragam dan kurikulum yang tidak kalah dengan sekolah – sekolah formal lainnya.

F.        Metode Penelitian
1.      Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang dihasilkan berupa data deskriptif dalam bentuk pernyataan – pernyataan atau kata – kata tertulis yang berasal dari sumber data yang diamati atau diteliti agar lebih mudah dalam memahami.[6]
Sedangkan jenis penelitiannya penulis menggunakan jenis penelitian studi pustaka (library research) yaitu penelitian yang berdasarkan pada kajian tulisan-tulisan atau pustaka yang sesuai dan relevan dengan penelitian tersebut. Penelitian ini dilakukan lewat beragam informasi kepustakaan (buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah dan dokumen).[7] Studi pustaka digunakan dalam penelitian ini karena efektif dan efisien untuk menganalisis tentang keefektifan homeschooling.
2.      Sumber Data
a.       Sumber data primer, merupakan sumber data pokok yang akan ditelaah yaitu mengenai keefektifan homeschooling. Dalam penelitian ini sumber data primernya adalah buku yang berjudul “Homeschooling a Leap for Better Learning; Lompatan Cara Belajarkarya Sumardiono.
b.      Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang mengandung pembahasan masalah, yaitu buku – buku dan sumber lain yang memiliki keterkaitan secara konseptual dan subtansial dengan judul. Sumber – sumber data sekunder tersebut yakni :
1.      Kembara, D. Maulida. 2007. Homeschooling. Bandung : Progressio
2.      Seto. 2007. Homeschooling Keluarga Kak Seto. Bandung : Kaifa.
3.      Malik, Halim. 2012. Pengembangan Kurikulum Homeschooling. Dalam http://
4.      Rachman, Arief. 2007. Homeschooling; Rumah Kelasku Dunia sekolahku. Jakarta : Kompas.
5.       
3.      Metode Pengumpulan Data
Metode penelitian kepustakaan yang digunakan dalam pengumpulan data – data yang diperlukan adalah metode studi pustaka yaitu dengan cara membaca, memahami, dan menelaah sumber data.[8] Sumber data tersebut berupa materi – materi yang ada pada buku – buku serta bacaan – bacaan  melalui internet.

4.      Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data yang dijadikan sumber penelitian, digunakan metode analisis data yaitu Metode Induktif, cara berpikir yang dilandaskan pada fakta- fakta khusus kemudian dari fakta- fakta khusus itu ditarik pemecahan yang bersifat umum.

G.      Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah
BAB I Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Pembahasan mengenai sejarah homeschooling dengan subbab meliputi pengertian, macam – macam, manfaat, serta sejarah homeschooling.
BAB III Pembahasan mengenai keefektifan homeschooling dengan subbab meliputi cara belajar, pendekatan dan metode, kurikulum da bahan ajar, serta kelebihan dan kekurangan homeschooling.
BAB IV mengenai analisis keefektifan homeschooling, yakni berisi analisis – analisis penulis kaitannya dengan judul yakni tentang keefektifan homeschooling.
BAB V Penutup, yaitu simpulan dan saran. Berisi simpulan dari isi penelitian ini serta saran – sara bagi pembaca.



BAB II
SEJARAH HOMESCHOOLING

A.    Pengertian Homeschooling
Secara harfiah, homeschooling adalah sekolah yang diadakan di rumah, namun secara hakiki ia adalah sebuah sekolah alternarif yang menempatkan anak sebagai subjek dengan pendekatan pendidikan secara at home.[9] Dengan pendekatan ini, anak merasa nyaman. Mereka bisa belajar sesuai dengan keinginan dan gaya belajar masing-masing, kapan saja dan di mana saja, sebagaimana ia tengah berada di rumahnya sendiri. Menurut Yulaelawati, homeschooling atau dalam bahasa Indonesianya sekolah rumah adalah proses layanan pendidikan secara sadar, teratur, dan terarah yang dilakukan oleh orang tua atau keluarga. Dalam konteks itu, proses belajar mengajar berlangsung dalam suasana yang kondusif. Tujuannya adalah agar setiap potensi yang dimiliki peserta didik berkembang secara maksimal.[10]
Salah satu pengertian umum homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak – anaknya dan mendidik anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya.[11]
Jadi secara detailnya homeschooling ini adalah sekolah alternatif yang diadakan di rumah atau di mana saja yang bisa dijadikan sebagai tempat pembelajaran selain sekolah, dan keluarga bertanggung jawab secara aktif atas proses pendidikan anaknya. Maksud dari bertanggung jawab secara aktif adalah keterlibatan penuh dari orangtua atas proses penyelenggaraan pendidikan; mulai dari penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai – nilai yang akan dicapai dan yang ingin dikembangan, sampai pada model atau metode dan kurikulum pembelajaran yang akan di pakai untuk mencapai suatu keberhasilan dan keefektifan belajar.

B.     Macam – macam Homeschooling
Kak Seto dalam bukunya yang berjudul “Homeschooling Keluarga Kak Seto”, menyatakan bahwa ada tiga jenis kegiatan homeschooling, yakni ; tunggal, majemuk, komunitas.
1.    Homeschooling tunggal
Homeschooling tunggal adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh orangtua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya. Biasanya homeschooling jenis ini diterapkan karena adanya tujuan atau alasan khusus yang tidak dapat diketahui atau dikompromikan dengan komunitas homeschooling lainnya. Alasan lain adalah karena lokasi atau tempat tinggal si pelaku homeschooling yang tidak memungkinkan berhubungan dengan komunitas homeschooling lain.
2.    Homeschooling majemuk
Homeschooling majemuk adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu sementara pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua masing – masing. Alasannya terdapat kebutuhan – kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh beberapa keluarga untuk melakukan kegiatan bersama.
3.    Komunitas homeschooling
Komunitas homeschooling adalah gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olahraga, musik/seni, dan bahasa), sarana dan prasarana, dan jadwal pembelajaran. Alasannya adalah:
1.    Terstruktur dan lebih lengkap untuk pendidikan akademik, pembangunan akhlak mulia, dan pencapaian hasil belajar.,
2.    Tersedia fasilitas pembelajaran yang baik,
3.    Ruang gerak sosialisasi peserta didik lebih luas,
4.    Dukungan lebih besar karena masing – masing bertanggung jawab untuk saling mengajar sesuai keahlian masing – masing,
5.    Sesuai untuk anak usia diatas sepuluh tahun,
6.    Menggabungkan keluarga yang tinggal berjauhan melalui internet dan alat informasi – komusikasi lainnya untuk tolak banding dan termasuk untuk standarisasi.[12]
Acuan mengenai eksistensi komunitas homeschooling terdapat dalam UU 20/2003 pasal 26 ayat 4 ; “Satuan Pendidikan nonformal terdiri atas lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.” Sebagai satuan pendidikan nonformal, komunitas sekolah rumah dapat berfungsi menjalankan pendidikan nonformal, termasuk menyelenggarakan ujian kesetaraan. Hal itu sejalan dengan UU 20/2003 pasal 26 ayat 6.[13]
Jadi homeschooling ini tidak identik dengan pembelajaran yang membosankan serta tidak bisa untuk bersosialisasi dengan anak sebaya. Karena homeschooling terbagi menjadi bermacam – macam kategori dan bisa diselenggarakan seperti halnya dalam sekolah – sekolah pada umumnya.

C.     Manfaat Homeschooling
1.    Homeschooling menjadikan anak sebagai subjek belajar
Homeschooling menjadikan anak sebagai subjek belajar disini maksudnya anak didik dapat memilih materi pelajaran yang disukai dan  yang ingin dipelajarinya. Dengan menjadikan anak sebagai subjek dalam belajar, belajar yang diselenggarakan si anakpun dapat berlangsung secara nyaman dan menyenangkan.
2.    Homeschooling menjadikan objek yang dipelajari sangat luas dan nyata
Homeschooling akan membawa anak – anak untuk belajar di dunia nyata, di alam yang sangat terbuka. Disamping itu objek yang dipelajari sangat luas seluas langit dan bumi. Maksudnya sesekali mereka dapat berkunjung keberbagai tempat yang bisa menjadi objek pelajaran, seperti persawahan, taman burung, dll.
3.    Homeschooling sebagai ajang menanamkan cinta belajar
Maksudnya homeschooling akan mengingatkan para orangtua bahwa kecintaan belajar dan mencari ilmu, dapat ditumbuhkan di rumah. Bahkan untuk menanamkan rasa cinta belajar kepada si anak haruslah dari sejak dini, dan hanya orangtualah yang bisa untuk mewujudkannya.
4.    Homeschooling memberikan kemudahan belajar karena fleksibel
Homeschooling memberikan kemudahan belajar karena fleksibel maksudnya adalah homeschooling memberikan keleluasaan belajar. Bahwa belajar itu bisa dilakukan dimana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja.
5.    Homeschooling mendukung belajar secara kontekstual
Kontekstual berasal dari kata kerja latin, contexere, yang berarti “menjalin bersama”. Kata “konteks” merujuk pada “keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan” yang berhubungan dengan diri yang terjalin bersamanya. Untuk menyadari potensinya, semua organisme termasuk manusia, diharuskan berada didalam hubungan yang tepat dengan konteks mereka.[14]

D.    Sejarah Homeschooling
Sejak perkembangan revolusi industri, terjadi proses sistematisasi pendidikan dan proses belajar. Perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan serta usaha untuk memaksimalkan proses pembelajaran selama berabad – abad menghasilkan sebuah evolusi sistem pendidikan yang kemudian kita kenal sebagai sekolah. Walaupun sekolah menjadi institusi pendidikan yang terbukti memberikan manfaat bagi kemanusiaan, proses pencarian pendidikan yang terbaik tak pernah berhenti. Berbagai filsafat dan pemikiran terus lahir, serta berinteraksi dengan kondisi sosial yang dialami oleh masyarakat.
Dengan berganti zaman dan berjalannya waktu akhirnya muncul model pembelajaran baru yang dikenal dengan nama homeschooling. Sejarah awal homeschooling yang berkembang di Amerika Serikat pada saat ini dirunut dari perkembangan pemikiran mengenai pendidikan pada tahun 1960-an. Sedangkan akar munculnya homeschooling di Indonesia belum bisa dipastikan kapan waktunya, karena belum ada yang menelitinya secara khusus. Tetapi kalau dirunut esensi dari filosofi, model dan prektik penyelenggaraannya, homeschooling bukanlah sebuah hal yang benar – benar baru. Dengan merunut konsep – konsep kunci homeschooling, kita mendapati bentuk – bentuk praktik homeschooling yang pernah ada di Indonesia.
Salah satu konsep kunci dari homeschooling adalah pembelajaran yang tidak berlangsung melalui institusi sekolah formal. Konsep kunci ini membawa kita pada konsep yang lebih umum yaitu konsep belajar otodidak atau belajar mandiri. Dengan mengambil konsep ini kita mendapati tokoh – tokoh didalam sejarah Indonesia yang menempuh pembelajaran secara mandiri. Salah satunya yakni KH. Agus Salim.
Dalam level komunitas, akar homeschooling ini dapat juga ditelusuri dari pendidikan berbasis agama seperti pesantren atau komunitas adat yang melakukan pembelajaran secara mandiri tanpa ketergantungan pada model pendidikan formal yang ada.[15]





BAB III
KEFEKTIFAN HOMSCHOOLING

A.    Cara Belajar Homeschooling
Dijelaskan didalam buku yang merupakan terbitan dari kompas yang berjudul “Homeschooling Rumahku, Dunia Sekolahku”, bahwa cara belajar siswa homeschooling adalah belajar dirumah dan tidak hanya berkutat dengan buku – buku. Misalnya mereka diajak belajar di alam terbuka seperti didaerah persawahan, perkebunan, sungai, ataupun hutan. Dalam artian apa yang mereka baca dan pelajari dicoba untuk disinggungkan dan didiskusikan dengan keadaan sekitar.[16]
Melalui cara belajar seperti ini lambat laun mereka akan mempunyai kesadaran bahwa pengetahuan yang diperoleh akan betul – betul diketahui manfaat dan fungsinya dalam kehidupan mereka. Tidak sebatas pengetahuan kognitif saja, akan tetapi mereka akan mempunyai kepekaan terhadap persoalan – persoalan disekeliling mereka.
Selain itu bila cara belajar yang seperti ini dijalankan maka tidak akan adanya lagi rasa kebosanan dan kejenuhan pada siswa. Materi akan cepat di tangkap dan diserap karena melihat objeknya secara langsung, selain itu juga anak akan bersosialisasi dengan yang lain dan mengenal serta lebih dekat dengan alam.

B.     Pendekatan dan Metode Mengajar Homeschooling
Metode adalah jalan atau cara yang ditempuh oleh seorang guru dalam menyampaikan ilmu pengetahuan pada anak didiknya sehingga dapat mencapai tujuan. Pada dasarnya homeschooling bersifat unique. Karena setiap keluarga mempunyai nilai dan latar belakang berbeda, setiap keluarga akan melahirkan pilihan – pilihan model homeschooling yang beragam. Pemilihan metode pun tidak terbatas hanya pada satu metode saja, kita bisa mengombinasikannya.
Pendekatan (approach) homeschooling memiliki rentang yang lebar antara yang sangat tidak terstruktur (unschooling) hingga yang sangat terstruktur, seperti belajar di sekolah (school at home).[17] Pendekatan dan metode – metode tersebut lebih lengkapnya adalah
1.    School at home approach
Adalah model pendidikan yang serupa dengan yang diselenggarakan di sekolah. Hanya saja tempatnya tidak di sekolah, tetapi di rumah. Metode ini juga sering disebut textbook approach, traditional approach, atau school approach.
2.    Unit studies approach
Adalah model pendidikan yang berbasis pada tema. Metode ini berkembang atas dasar pemikiran bahwa proses belajar seharusnya terintegrasi (intigrated), bukan terpecah – pecah (segmented). Unit study bisa disesuaikan dengan berbagai gaya belajar anak, biasanya metode ini dipilih oleh orangtua yang memiliki beberapa anak homeschooling dengan tingkatan yang berbeda. Sebab dengan satu tema saja, proses belajar bisa berlangsung untuk semua anak.[18]
3.    The living books approach
Adalah model pendidikan melalui pengalaman dunia nyata. Metode ini dikembangkan oleh Charlotte Mason. Pendekatannya dengan mengajarkan kebiasaan baik, keterampilan dasar, serta mengekspos anak dengan pengalaman nyata, seperti berjalan – jalan, mengunjungi museum, dll.
4.    The classical approach
Adalah model pendidikan yang dikembangkan sejak abad pertengahan. Pendekatan ini menggunakan kurikulum yang distrukturkan berdasarkan tiga tahap perkembangan anak yang disebut Trivum. Penekanan metode ini adalah kemampuan ekspresi verbal dan tertulis. Pendekatannya berbasis teks/literatur.
5.    The waldorf approach
Adalah model pendidikan yang dikembangkan oleh Rudolph Steiner. Steiner berusaha menciptakan setting sekolah yang mirip keadaan rumah, metodenya mudah diadaptasikan untuk homeschooling.
6.    The montessori approach
Adalah model pendidikan yang dikembangkan oleh Dr. Maria Montessori. Pendekatan ini mendorong penyiapan lingkungan pendukung yang nyata dan alami, mengamati proses interaksi anak – anak dilingkungan, serta terus menumbuhkan lingkungan sehingga anak dapat mengembangkan potensinya.
7.    Unschooling approach
Unschooling approach berangkat dari keyakinan bahwa anak – anak memiliki keinginan natural untuk belajar. Unschooling tidak berangkat dari textbook, tetapi dari minak anak yang difasilitasi.
8.    The electric approach
Metode dan pendekatan ini memberikan kesempatan pada keluarga untuk mendesain sendiri program homeschooling yang sesuai, dengan memilih atau menggabungkan dari sistem yang ada.[19]

C.     Kurikulum dan Bahan Ajar Homeschooling
Selain pendekatan dan metode yang digunakan dalam belajar, setiap keluarga homeschooling memiliki pilihan untuk menentukan kurikulum yang diacu dan bahan ajar yang digunakan. Kurikulum secara garis besar dapat diartikan sebagai suatu program yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Akan tetapi, ada juga yang berpendapat bahwa kurikulum tidak hanya mencakup hal-hal yang direncanakan, tetapi juga mencakup hal-hal yang tidak direncanakan, yaitu apa yang disebut dengan The Hidden Curriculum atau kurikulum tersembunyi.[20] sedangkan bahan ajar adalah materi praktis yang digunakan untuk pengajaran sehari – hari.
Untuk memilih kurikulum dan bahan ajar, keluarga homeschooling dapat memilih menggunakan bahan paket (bundle) atau bahan – bahan terpisah (unbundle).
Pada bahan terpaket (bandle), keluarga homeschooling menggunakan kurikulum dan bahan – bahan pelajaran yang sudah disediakan oleh lembaga yang menyediakan layanan tersebut. Bahan yang diberikan mulai kurikulum, teori, kegiatan, lembar kerja, tes, dll.
Pilihan kedua yang dapat dilakukan oleh keluarga adalah membeli secara terpisah, baik kurikulum maupun bahan ajar. Dengan resiko kompleksitas, keluarga homeschooling dapat memilih materi – materi yang benar – benar dibutuhkannya dan membelinya secara terpisah.
Selain kedua pilihan tersebut, keluarga homeschooling dapat mengembangkan kreativitasnya untuk menentukan kurikulum dan materi – materi yang digunakannya. Keluarga homeschooling dapat menggabungkan antara membeli bahan pengajaran dan penggunaan materi yang ada di rumah, atau membuat sendiri materi pengajaran yang dibutuhkannya.[21]
Jadi homeschooling ini memudahkan untuk keluarga terutama anak yang mengikuti homeschooling ini untuk menggunakan kurikulum serta bahan ajar yang di inginkan dan disukai. Selain itu juga yang sesuai dengan si anaknya. Dengan banyaknya pilihan seperti ini maka akan semakin memempermudah dalam proses belajarnya. Orangtua pun tidak dibawa pusing dengan keribetan – keribetan yang ada.




D.    Kelebihan dan Kekurangan Homeschooling
Diantara kelebihan – kelebihan homeschooling antara lain:
1.      Customized, sesuai kebutuhan anak dan kondisi keluarga.
2.      Lebih memberikan peluang untuk kemandirian dan kreativitas individual.
3.      Memaksimalkan potensi anak.
4.      Lebih siap untuk terjun di dunia nyata.
5.      Kesesuaian pertumbuhan nilai – nilai anak dengan keluarga.
6.      Kemampuan bergaul dengan orangtua dan yang berbeda umur.
7.      Biaya pendidikan dapat disesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga.
Sementara itu, kekurangan – kekurangan homeschooling antara lain:
1.      Butuh komitmen dan keterlibatan tinggi dari orangtua.
2.      Memiliki kompleksitas yang lebih tinggi karena orangtua bertanggungjawab atas semua proses pendidikan anak.
3.      Sosialisasi seumur relatif rendah.
4.      Ada resiko kurangnya kemampuan bekerja dalam tim, organisasi, dan kepemimpinan.
5.      Perlindungan orangtua dapat memberikan efek samping ketidakmampuan menyelesaikan situasi sosial dan masalah yang kompleks yang tidak terprediksi.







BAB IV
ANALISIS KEEFEKTIFAN HOMESCHOOLING

Homeschooling adalah sekolah alternatif atau model pembelajaran yang diadakan dirumah. Tetapi homeschooling  juga bisa diadakan dimana saja dengan para komunitas homeschooling yang lainnya. Intinya homeschooling ini bersifat fleksibel dan bisa disesuaikan dengan minat dan kesukaan anak. Namun dengan memakai model pembelajaran homeschooling seperti ini keluarga terutama dalam hal ini adalah orangtua sangat bertanggung jawab, selain itu orangtua juga harus ikut secara aktif dalam proses pembelajarannya. Seperti yang telah dipaparkan dan dijelaskan sebelumnya di Bab kedua. 
Homeschooling ini tidak seutuhnya seperti yang telah dipikirkan oleh orang – orang yang diluar sana yang tidak mengetahui tentang detailnya sistem homeschooling. Banyak yang berpendapat bahwa homeschooling ini adalah model pembelajaran yang membosankan dan tidak bisanya sistem bersosialisasi dengan seumuran, karena hanya belajar dengan seorang diri saja dengan tidak adanya teman. Namun ternyata homeschooling ini mempunyai bermacam – macam dan disesuaikan dengan keinginan kita pula. Seperti halnya didalam komunitas homeschooling kita bisa belajar layaknya seperti kondisi disekolah – sekolah pada umumnya (sekolah formal). Dan dari situ pula bisa terjadi suatu sosialisasi dengan orang sebaya.
Metode, kurikulum serta bahan pengajarannya pun berbeda namun serupa dengan sekolah – sekolah pada umumnya. Perbedaannya adalah pada homeschooling orangtua dan anak bisa menentukan sesuai keinginan dan kemampuannya. Bahkan orangtua bisa membumbuinya dengan kreatifitasnya.
Menurut penulis keefektifan homeschooling ini ditentukan oleh cara belajar, metode mengajar, kurikulum, serta bahan ajarnya. Dan menurut penulis homeschooling ini cukup efektif dibandingkan dengan sekolah – sekolah pada umumnya (sekolah formal), karena dalam pembelajarannya sistemnya adalah individual bukan masal. Jadi anak mendapatkan perhatian yang penuh, selain itu anak juga bisa menjadi lebih madiri dibandingkan anak – anak yang sekolah ditempat yang formal. Kemudian cara belajarnyapun bisa bervariasi. Dan untuk metode, kurikulum, serta bahan ajarnya bisa kita tentukan sesuai dengan kesukaan, minat, dan pribadinya si anak. Jadi dengan begitu si anak akan lebih enjoy dan akan cepat memahami serta menyerap materi yang telah di berikan.
Numun perlu di ingat. Yang mengikuti pembelajaran homeschooling ini perlu mendaftarkan diri ke Dinas Pendidikan setempat agar bisa mengikuti ujian nasional dan mendapatkan ijazah resmi dari pemerintah.
Jadi homeschooling ini mempunyai banyak kelebihan - kelebihan. Tetapi punya banyak kekurangan juga. Seperti yang telah dipaparkan pada Bab ketiga. Pada dasarnya homeschooling ini efektif tetapi kembali kepada diri kita sendiri. Pembelajaran seperti ini telah lama dan banyak digunakan di Amerika Serikat karena dianggap efektik sekali. Bahkan di Amerika Serikat banyak melahirkan tokoh – tokoh yang berhasil dan terkenal yang pendidikannya berasal dari pendidikan mandiri atau homeschooling, seperti BenyaminFranklin, Pearl S. Buck, Thomas Alfa Edison, serta Hanson.








BAB V
PENUTUP

A.    Simpulan
Dari uraian dan pembahasan diatas mengenai keefektifan homeschooling, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa suatu keefektifan dalam pembelajaran itu ditentukan dan berdasarkan atas cara belajar, metode pengajaran serta kurikulum pembelajarannya. Bila metode pengajarannya tersebut merupakan metode yang tepat serta ringan bagi pendidik dan anak didiknya maka anak didik tersebut bisa dengan mudah memahami dan menyerap materi pelajaran yang ada.
Dengan demikian suatu pembelajaran dalam homeschooling dapat dikatakan efektif karena di pembelajaran tersebut semua modelnya ditentukan oleh orangtua dan si anak yang mengikuti homeschooling. Selain itu didalam homeschooling si anak juga mendapatkan perhatian yang penuh dan lebih sehingga si anak bisa bisa dengan cepat dan bebas mengembangkan potensi dalam dirinya.

B.     Saran
Setelah penulis menyimpulkan dari hasil penelitian, selanjutnya penulis memberi saran kepada para pembaca yang mungkin dapat berguna bagi para pembaca, khususnya bagi yang akan mengikuti homeschooling, sarannya adalah sebagai berikut:
1.      Hendaknya orangtua mengetahui keinginan si anak. Apakah si anak menginginkan sekolah di sekolah formal atau di homeschooling.
2.      Selain itu orangtua mencari informasi sebanyak – banyaknya terlebih dahulu tentang pembelajaran homeschooling yang ada di sekitaran tempat tinggal.
3.      Orangtua haruslah mempersiapkan waktu yang senggang dan pengetahuan yang luas karena orangtua harus siap bertanggung jawab penuh serta berperan secara aktif pula dalam proses pembelajarannya si anak.
4.      Hendaknya si anak di gabungkan dengan komunitas homeschooling. Karena disana anak bisa lebih bersosialisasi dengan anak sebaya layaknya bersekolah di sekolah formal.




[1] Maulida D. Kembara, Panduan Lengkap Homeschooling, (Bandung : Progessio, 2007), hal. 16.
[2] Sumardiono, Homeschooling a Leap for Better Learning; Lompatan cara belajar, (Jakarta : Elex Media Komputindo, 2007), hal. 4.
[3] Seto, Homeschooling Keluarga Kak Seto, (Bandung : Kaifa, 2007), hal. 38.
[4]Sumardiono, Op.Cit., hal. 24.
[5] Arief Rachman, Homeschooling; Rumah Kelasku Dunia sekolahku, (Jakarta : kompas, 2007), hal. 18.
[6] M. Natsir, Metode Penelitian, (Jakarta : Balai Pustaka, 1998), hal. 62.
[7] Mestika  Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2004), hal. 89.
[8] M. Arizar, Metode Penelitian, (Jakarta: Galia Indonesia, 1998), hal. 61.
[9] Maulida D Kembara, Homeschooling, (Bandung : Progressio, 2007), hal. 24
[10] Halim malik, pengembangan Kurikulum Homeschooling, dalam www. Pengembangan Kurikulum Homeschooling.htm
[11] Sumardiono, Homeschooling a Leap for Better Learning; Lompatan cara belajar, (Jakarta : Elex Media Komputindo, 2007), hal. 4.
[12] Seto, Homeschooling Keluarga Kak Seto, (Bandung : Kaifa, 2007), hal. 36 – 40.
[13] Sumardiono, Op.Cit., hal. 65 - 66.

[14] Seto, Op.Cit., hal. 44 – 57.
[15] Sumardiono, Op.Cit., hal. 24.
[16] Arief Rachman, Homeschooling; Rumah Kelasku Dunia sekolahku, (Jakarta : Kompas, 2007), hal. 48.
[17] Sumardiono, Op.Cit., hal. 35.
[18] Abe Saputro, Rumahku Sekolahku, (Yogyakarta : Graha Pustaka, 2007), hal. 67.
[19] Sumardiono, Op.Cit., hal. 35 – 36.
[20] Halim Malik, Pengembangan Kurikulum Homeschooling,
[21] Sumardiono, Op.Cit., hal. 36 – 37.